iklan

Kamis, 28 Oktober 2010

.TOBI dan JAKET ALMAMATER.

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga
untuk negeri tercinta

Para mahasiswa menyanyikan mars itu dengan tangan dikepal ke atas. Kami melakukan long march ke kantor DPRD. Aku menoleh ke kanan. siapa itu? pikirku dalam hati. Aku melihat seorang bocah berusia sekitar 12 tahun ikut berjalan besama kami. sesekali ia juga mengepalkan tangannya dan ikut berteriak, “HIDUP MAHASISWA !!”. Aku bertanya pada kawanku sambil mengerutkan dahi yang memang sejak dulu sudah berkerut.

“itu anak yang di depan Kantor tadi.” jawab kawanku singkat.

pertanyaan-pertanyaan masih bersarang di otak ini. kenapa anak itu ikut kami? jangan-jangan anak ini membawa bom? kenapa kawan-kawan memasukkan dia dalam barisan?

Aku masih dengan pertanyaan-pertanyaan itu hingga akhirnya kami sampai ke kantor DPRD. Bocah itu mengikutiku. Dahiku semakin berkerut. Apa yang bocah ini pikirkan tentang mahasiswa berkacamata besar seperti aku? hmmm. Entahlah.

Aku mengambil 2 buah air mineral gelas. Penasaranku sudah tak bisa kubendung lagi. Kuberikan segelas air itu padanya. Bocah itu tersenyum padaku.

“Terimakasih yuk..”

Aku mengamati bocah itu. Dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dan wawancarapun dimulai. pertanyaan demi pertanyaan meluncur deras dari mulutku. mulai dari apa tujuannya ikut AKSI bersama kami, apa yang dia lakukan sehari-hari, darimana asalnya, tempat tinggalnya, hingga jumlah saudaranya. semua aku tanya. dari wawancara singkat yang tak jelas itu, aku mengetahui bahwa dia adalah tukang semir sepatu di dekat kantor tempak kami melakukan AKSI tadi. setiap hari ia menyemir sepatu para pekerja hingga mengkilap. bocah itu sudah tidak bersekolah lagi. Ia hanya mencicipi bangku sekolah sampai kelas 2 SD. hanya untuk sekedar bisa membaca dan menulis.

Aku menahan airmata. tak sanggup aku membayangkan seorang anak seusia dia harus kehilangan masa bermainnya. harus membantu orangtua mencari uang agar bisa makan. Ia menceritakan bahwa ia menyemir sepatu dari pagi hingga jam 1 siang, kemudian pulang kerumah dan melanjutkan membantu ibunya berjualan pempek (–pempek adalah makanan khas daerah ini, sumatera selatan–) keliling perumahan. waktunya benar-benar habis untuk mencari uang.

setelah berbincang panjang lebar, aku baru sadar bahwa aku belum tau namanya. ternyata bocah berkaos merah itu bernama ‘Tobi’. hmmm, nama yang unik pikirku.
Tobi senantiasa mengikutiku. Aku melepas kacamata dan menghilang sejenak dari pandangannya. saat aku kembali, Tobi menanyakan hal yang sangat menggelitik padaku. Ia mencari orang yang memberinya air minum tadi. spontan saja aku langsung tertawa.

“Hei, ini orang yang kamu cari. hahaha” aku mengambil kacamataku dan segera memasangnya kembali.

Tobi tersipu malu. Kawan-kawanku terkekeh. Tobi memang lucu. Penampilannya bersih dan rapi. Tidak seperti anak-anak yang sering kutemui di jalan, kucel dan seperti preman. itulah kenapa aku senang berkenalan dengan Tobi. 

Kami melanjutkan percakapan. Aku menanyakan padanya apakah ia masih mau bersekolah. Dan ia menjawab dengan sangat bersemangat. Tobi kecil itu masih ingin bersekolah. mungkin karena itulah ia sangat antusias mengikuti serangkaian acara AKSI kami tadi. padahal pemerintah di daerah ini memiliki program memberikan sekolah gratis. Tapi Tobi tetap ingin membantu orangtuanya. Biarlah, sudah bisa membaca dan menulis saja sudah cukup, ujarnya padaku.

Kegiatan AKSI pun selesai. Tobi ingin ikut pulang bersama bis yang kami tumpangi. tentu saja dengan senang hati aku memperbolehkannya.
Ia menyiapkan bangku untukku.

“sini yuk. duduk disini saja.” Semangatnya berapi-api.

aku hanya tersenyum melihat tingkah bocah itu. Aku mengikuti langkahnya. kami bicara panjang lebar. dan sebelum turun ia mengajukan pertanyaan yang lagi-lagi membuatku terkekeh.

“nama ayuk ini siapa ya?” ucapnya polos.

hahaha. kami sudah ngobrol ngalur ngidul, berfoto bersama, dan ia baru menanyakan pertanyaan itu sekarang. saat ia akan turun dari bis.

“tari..” jawabku sambil tersenyum.

Tobi cengar-cengir. Ia turun dari bis dan melambaikan tangan.
“sampai jumpa lagi yuk. terimakasih.” Tobi setengah berteriak karena bis kami yang mulai melaju meninggalkan Tobi yang berdiri di pinggir jalan itu.

Aku membalas lambaian tangan itu. aku berharap kelak bisa bertemu lagi dengannya. entah kapan waktu itu akan tiba. Kuamati jaket almamater yang ada dihadapanku. Tobi bangga berada diantara kami para mahasiswa berjaket almamater kuning ini. Jauh di lubuk hatinya, pasti ia ingin sekali berjalan bersama barisan kawan-kawannya yang berjaket almamater serupa dan berteriak lantang “HIDUP MAHASISWA !!”.

Cerita yang mungkin tak akan aku jumpai lagi esok. hari ini tak ada penyesalanku karena meninggalkan kuliah 4sks. hari ini aku bertemu calon Pemuda Indonesia yang bersemangat membara. hari ini aku bertemu Tobi.
kelak kau akan sepertiku. mengepalkan tangan ke udara dan genggam erat almamatermu. 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More