iklan

Selasa, 03 Januari 2012

Dandelion permintaan

Hari itu kamu datang dengan wajah sumringah membawa dua batang es krim rasa melon kesukaanku. Dan kamu segera mengambil posisi tepat disampingku yang sedang menatap kosong hamparan putih padang ilalang yang sedang berbunga.
kamu mematahkan dua tangkai dandelion dan memberikannya satu untukku.

"Selamat ulangtahun."

kita meniup bunga dandelion itu bersama-sama sehingga warna putih serbuk dandelion bertebaran di sekitar kita.
Senyum dari wajah dengan mata yang menyipit dibalik kacamata bergagang beningmu itu cerah dan menyegarkan.
Alirah darahku terpompa cepat menyebar ke seluruh tubuh.



Tahun berikutnya di tanggal dan bulan yang sama.
Kamu kembali datang dengan es krim melon dan wajah sumringahmu.
Sama seperti sebelumnya, kamu mematahkan dandelion dan kita meniupnya bersama.

"Make a wish!" Ucapmu sebelum serbuk putih dandelion bertebaran karena tiupan kita.

"Dandelion ini akan bertebaran dan mencari dimana permintaanmu berada"

Aku mengangguk. Memejamkan mata dan mengucapkan permintaan-permintaan dalam hati. Kamu juga melakukan hal yang sama.

"Aku akan mematahkan dandelion untukmu sampai aku bosan dan lelah sendiri. Tapi aku tak akan pernah lelah dan bosan karena aku tau apa yang aku tunggu itu kelak pasti akan menjadi milikku. Cepat atau lambat. Kamu."

Kamu menutup sore itu dengan ucapan yang membuat jantungku bergetar hebat.


Di tanggal dan bulan yang sama, di tahun yang berbeda.
Kamu kembali datang dengan es krim dan wajah penuh senyum.
Dandelion masih berbunga.

"Make a wish!"

Aku mengangguk.

"Apa permintaanmu?" Ucapku ketika kita sama-sama membuka mata.

Kamu tersenyum. Ukiran senyum yang selalu berhasil memompa laju darahku dengan cepat.

"Kamu mau tau?"

"Jika kamu mau memberitahuku." Jawabku singkat dan kembali memuntir tangkai dandelion yang kamu berikan tadi.

Aku berusaha sekuat tenaga menenangkan degup jantung yang sedari tadi berperang sejak aku melontarkan kalimat itu.

"Aku ingin mencairkan wajah dinginmu itu."

Dan kalimatmu itu membuat degup jantungku semakin cepat. 
sedingin itukah aku?


Tahun keempat untuk tiupan dandelion kita.
Seperti biasa. Kamu membentangkan kedua tanganmu dan menghirup nafas dalam-dalam sambil memicingkan mata.
Aku mencuri pandang melihatmu melakukan ritual itu di hadapan padang ilalang yang memutih karena dandelion sedang berbunga. Kamu selalu berhasil membuat jantungku berdegup cepat.

"Apa permintaanmu?"

Kali ini kamu yang melontarkan pertanyaan itu padaku.
Aku tersenyum.

"Kamu tampak lebih cantik dengan wajah cair tersenyum itu, Aurora."

Kamu beranjak dan berjalan ke tengah ilalang dan meletakkan kedua tanganmu diujung bibir sambil berteriak
"Aku mencintaimu, Aurora!"

permintaanku adalah agar aku punya keberanian untuk membalas teriakanmu itu.



Tahun kelima, padang ilalang sedikit kerontang.

Aku berselonjor memandangi beberapa dandelion yang berbunga di tengah kekeringan ilalang. Padang ilalang itu kecokelatan. Hanya beberapa titik putih dari bunga Dandelion yang terlihat disana. Setidaknya masih ada kesempatan untuk mengirim permintaan melalui Dandelion yang bertebaran karena tiupan.

"Aku mencintaimu, Genta!" Teriakku dengan jantung yang berdegup cepat tanpa perlu dipompa oleh senyummu.

Akhirnya aku berhasil menebas rasa malu-malu yang selalu berhasil aku sembunyikan di balik wajah beku. Aku meneriakkan itu tanpa kebekuan sedikitpun.
Aku menengadahkan wajahku ke langit dan memejamkan mata.

permintaanku adalah agar kamu mendengar teriakanku. Bukankah itu permintaanmu tahun lalu?

Aku meniup setangkai dandelion yang kupatahkan sendiri. Dan dandelion itu bertebaran membawa permintaanku.
apakah saat ini giliranku yang harus menunggu?



Indralaya, 2 Januari 2012
.syarizaeci.

2 komentar:

eeemmm.....akankah endingnya seprti itu? kak, kalo ceritanya lebih sedikit detail,mungkin cute...semangat kak,lanjutkan....

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More